Cikarang Barat (22/05) - Tempe alakatak hanya bisa
ditemukan di daerah Weru, Sukoharjo dan Candi, Gunung Kidul. Selain di daerah
itu saya jamin pasti tidak akan menemukan makanan tersebut. Kami biasanya tidak
memasak alakatak ini sendiri, tapi membelinya di pasar tradisional pagi hari
dekat rumah, namanya pasar Cakruk.
Tempe Alakatak ini terbuat dari
kacang-kacangan atau lebih dikenal dengan Benguk, rasanya seperti camilan
kacang mete, sangat gurih di lidah bercampur minyak. Biasanya tempe ini dibuat
dengan tambahan mie dari tepung singkong. Karena warnanya yang
kekuning-kuningan memakai kunir, maka tempe ini juga kadang disebut sebagai
Tempe Kuning. Sedang untuk mienya sendiri biasanya ada 2 warna yaitu putih dan
kuning, apabila digigit rasanya kenyal seperti pasta setengah matang. Tempe ini
biasa dibungkus memakai daun jati, jadi semuanya masih memakai bahan yang
alami.
Eits, walau harganya sebungkus
berkisar Rp.500,- sampai Rp. 1.000,- makanan endemik yang satu ini sangat
dirindu bagi siapa saja perantau asal Kecamatan Weru. Setiap lebaran datang dan
para perantau pulang, alakatak ini pasti diserbu habis di pasar. Biasanya
alakatak dimakanselagi hangat, ada taburan bawang goreng di atasnya dan akan
tambah nikmat apabila dilengkapi dengan cabai rawit, pokok’e maknyus. Biasanya
trah Mbah Citro menambahkan kerupuk Kelir (kerupuk berwarna merah muda-putih
khas desa Kelir, Weru) sebagai teman makan alakatak, kriuk-kriuk. Seperti
gambar di bawah ini, teman!
Penulis : Muhammad Rizcky
Editor : Muhammad Rizcky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar