Bekasi (4/5) - Kondisi SD Negeri 01
Sumurbatu yang berada di Kampung Cisalak, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi
sangat memprihatinkan. Beberapa bagian plafon yang ada di kelas sudah jebol.
Bahkan satu dari delapan kelas yang ada tidak bisa digunakan karena atapnya telah
ambruk.
Pengamatan di lapangan, selain atapnya jebol, lapisan
cat dinding sekolah sudah terkelupas. Bahkan tiang pondasi sebagai penopang
bangunan telah miring. Hal ini membuat ratusan siswa yang belajar di lokasi itu
menjadi ketakutan untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Kepala sekolah SDN 01 Sumurbatu, Yudiyanto mengatakan,
sejak dibangun tahun 1956, gedung sekolah tidak pernah diperbaiki oleh
Pemerintah Kota Bekasi. Namun perbaikan dan perluasan bangunan malah dibantu
oleh Pemprov DKI Jakarta.
“Dulunya gedung ini hanya ada satu bangunan dan
bentuknya memanjang. Lalu pada tahun 2000 kami dapat bantuan dari DKI untuk
membangun gedung baru dan perbaikan gedung lama,” kata Yudiyanto.
Meski telah diperbaiki, namun gedung sekolah tak
pernah mendapat perawatan. Hingga akhirnya, kayu kanopi dimakan rayap dan
mengakibatkan plafon di kelas IV ambruk pada Januari lalu. Beruntung, ambruknya
plafon itu ketika KBM siswa Kelas IV telah dipindah ke ruang perpustakaan.
Yudiyanto terpaksa memindahkan KBM siswa kelas IV ke
ruang perpustakaan, sebab untuk menghindari siswa terluka ketika plafon jebol.
Kemudian untuk buku-buku di perpustakaan dipindahkan guru ke ruang Unit
Kesehatan Sekolah (UKS). Sedangkan kegiatan UKS para siswa disatukan dengan
gudang yang ada di sekolah.
“Kami terpaksa melakukan hal ini, karena kalau tidak
siswa akan belajar di ruang mana lagi?” keluh Yudiyanto.
Yudiyanto mengungkapkan, kondisi seperti ini sangat
menakutkan bagi para siswa. Bahkan masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah,
enggan mendaftarkan anaknya di sekolah itu. Mereka lebih memilih mendaftarkan
anaknya ke sekolah lain. “Orangtua takut anaknya tertimpa atap kalau sekolah di
sini, makanya mereka tidak mau mendaftarkan anaknya ke sekolah ini,” jelas
Yudiyanto.
Sementara itu, Apendi salah seorang guru
mengungkapkan, pihaknya telah mengajukan proposal rencana perbaikan ke Dinas
Pendidikan Kota Bekasi sejak tahun 2008. Namun sebanyak 7 proposal yang
dilayangkan itu, tak pernah mendapat bukti nyata bahwa sekolah diperbaiki.
“Dari tahun 2008 saya mewakili sekolah mengikuti rapat
Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) di tingkat kelurahan dan selalu
dibahas untuk direnovasi. Tapi entah pembangunan belum kunjung direalisasi,”
kata Apendi.
Sebagai guru yang pernah mengenyam pendidikan di SDN
01, Apendi mengaku miris dengan kejadian seperti ini. Selain memindahkan KBM,
Apendi juga telah memasang pagar darurat yang berada di dekat ruang komputer.
Pagar berbahan bambu itu, untuk menghindari siswa melintas sebab bagian atasnya
hampir ambruk.
Selain tak terawat, fasilitas di sekolah juga sangat tidak memadai. Bahkan tiga unit komputer dari bantuan perusahaan telah rusak sejak tiga tahun lalu. Menurut dia, selama ini perbaikan cenderung dilakukan oleh pihak lain, bukan dari Pemerintah Kota Bekasi.
Penulis : Dwi Mayassa
Editor : Muhammad Rizcky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar